- Pengertian apoptosis
Apoptosis
berasal dari bahasa Greek , yang artinya gugurnya putik bunga ataupun daun dari
batangnya. Pada tahun 1972 , Kerr J.F , Wyllie A.H , Currie A.R mempublikasikan
artikel British Journal Of Cancer dengan judul : Apoptosis: a basic bioligical
phenomen with wide ranging implication in tissue kinetic. Artikel ini
menjelaskan tentang proses kematian normal pada sel yang disebut dengan apoptosis.
Kematian sel yang terprogram atau
apoptosis merupakan suatu komponen yang normal pada perkembangan dan
pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler. Sel yang mati ini merupakan
respon terhadap berbagai stimulus dan selama apoptosis sel ini dikontrol dan
diregulasi, sel yang mati kemudian difagosit oleh makrofag. Apoptosis berbeda
dengan nekrosis, pada nekrosis terjadi kematian sel tidak terkontrol .Sel yang
mati pada nekrosis akan membesar dan kemudian hancur dan lisis pada satu daerah
yang merupakan respon terhadap inflamasi. (Dr. Fitriani Lumongga :
Apoptosis, 2008. Hal:2)
Terdapa
dua kategori utama kematian sel.
Kategori pertama adalah kematian sel nekrotik, terjadi apabiala suatu rangsangan yang menyebabkan cedera pada
sel terlalu kuat atau berkepanjangan.
Nekrosis sel dicirikan dengan adanya pembengkakan dan ruptur organel
internal yang kebanyakan mengenai mitokondria , dan jelasnya stimulasi respon peradangan. Kategori kedua,
kematian sel adalah apoptosis yaitu kematian sel yang diprogram. Apoptosis adalah suatu yang ditandai dengan
terjadinya urutan teratur tahap molekular yang menyebabkan disentegrasi sel.
Apoptosis tidak ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan , namun sel
akan mati menyusut dengan sendirinya dan dimakan oleh sel disebelahnya.
Apoptosis berperan dalam menjaga jumlah sel relatif konstan dan merupakan suatu
mekanisme yang dapat mengeleminasi sel
yang tidak diinginkan, sel yang menua, sel berbahaya, atau sel pembawa
transkripsi DNA yang salah. Apoptosis merupakan proses aktif yang melibatkan
kerja sel itu sendiri, dan namanya diambil kata Yunani yabf berarti “menciut”
seperti menguncupnya sebuah bunga. Berikut adalah penyebab kematian sel
nekrotik dan apoptosis.
- Penyebab Kematian Sel Nekrotik
Faktor
yang sering menyebabkan kematian sel nekrotik adalah hipoksia berkepanjangan,
infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal bebas, kerusakan integritas
membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun dan peradangan terutama sering
dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera lebih lanjut dan kematian sel
sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh tanpa menimbulkan
kematian pada individu.
- Penyebab Apoptosis
Kematian
sel terprogram dimulai selama embriogenesis dan terus berlanjut sepanjang waktu
hidup organisme. Rangsang yang menimbulkan apoptosis meliputi isyarat hormon,
rangsangan anti gen, peptiada imun, dan sinyal membran yang mengidentifikasi
sel yang menua atau bermutasi. Virus yang menginfeksi sel akan seringkali
meyebabkan apoptosis, yang pada akhirnya mengakibatkan kematian virus dan sel
pejamu (host). Hal ini merupakan satu cara yang dikembangkan oleh organisme
hidup untuk melawan infeksi virus. Virus tertentu (mis ., virus EpsteinBarr
yang bertanggungjawab terhadap mononukleosis) pada gilirannya menghasilkan
protein khusus menginaktifkan respon aptosis. Definisi aptosis telah
berpengaruh pada perkembangan kanker dan penyakit neuro degeneratif dengan
penyebab yang tidak diketahui, termasuk penyakit Alzheimer dan sklerosis
lateral amiotrofik (penyakit Lou Gehrig).
Apoptosis yang dirangsang- antigen dari sel imun (sel T dan B) sangat penting
dalam menimbulkan dan mempertahankan toleransi diri imun. (J. Corwin,
Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi2009.
Hal : 26-27)
(Gambar 1). Contohnya adalah pada
diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan sel-sel di
antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah.
Gambar 1. Perbedaan apoptosis dan
nekrosis
Sejak awal tahun 1990,
penelitian mengenai apoptosis berkembang dengan pesat. Penelitian mengenai
apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans.
Cacing dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131
sel yang mati. Ada 2 bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced
3 homolog dengan Interleukin Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk
aktivasi proteolitik dari prekursor interleukin 1, di mana selama aktivasi ada
hormon tertentu yang dilepaskan oleh sel imun tertentu yang dapat memacu
terjadinya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa proteolisis dibutuhkan untuk
apoptosis.
Apoptosis pertama kali di
temukan dalam embrio yang sedang berkembang, saat kematian sel terprogram
menjadi proses yang penting bagi pembentukan embrio (morfogenesis). Peneliti
kemudian melihat bahwa apoptosisi juga merupakan peristiwa yang umum di jumpai
dalam jaringan orang dewasa normal.(junqueira carneiro,histologi dasar.hal
: 62)
- Peranan apoptosis
Apoptosis memiliki peranan
penting dalam fenomena biologis, proses apoptosis yang tidak sempurna dapat
menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat bervariasi. Terlalu banyak apoptosis
menyebabkan sel mengalami kekacauan, sebagaimana terlalu sedikit apoptosis juga
menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol (kanker). Beberapa contoh
penyakit yang ditimbulkan karena apoptosis yang tidak sempurna antara lain:
a.
Penyakit autoimun disebabkan karena
sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
b. Neurodegeneration,
seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari apoptosis prematur
yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa tidak mempunyai
kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
c. Stroke
iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi sehingga
dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan apoptosis.
d. Kanker,
sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis sehingga
proliferasi sel meningkat. (CCRC Farmasi UGM File, Regulasi
apoptosis.Hal:3)
- Fungsi Apoptosis
Kematian
sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi eliminasi
sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan
untuk :
1.
Terminasi sel
Apoptosis
dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa di
repair,infeksi virus, keadaan yang mengakibatkan stress pada sel . Kerusakan
DNA akibat ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga dapat mencetuskan
apoptosis melalui aktivasi tumor supresor gen p53. Keputusan untuk
apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan disekitarnya
ataupun dari sel yang termasuk dalam immune system. Pada keadaan ini fungsi
apoptosis adalah untuk mengangkat sel yang rusak, mencegah sel menjadi lemah
oleh karena kurangnya nutrisi dan mencegah penyebaran infeksi virus.
2.
Mempertahankan homeostasis
Pada
organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus berada dalam
keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk dalam
homeostasis yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan lingkungan
internalnya.
Keseimbangan
(homeostasis) ini dapat tercapai bila kecepatan mitosis pada jaringan seimbang
dengan kematian sel. Bila keseimbangan ini terganggu, maka akan dapat
mengakibatkan :
v Bila
kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel →
terbentuk tumor
v Bila
kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel → jumlah sel
menjadi berkurang.
3.
Perkembangan embryonal
Kematian
sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan jaringan. Pada masa
embryo , perkembangan suatu jaringan atau organ didahului oleh pembelahan sel
dan diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian dikoreksi melalui
apoptosis.
Contoh:
bila terjadi gangguan proses apoptosis, berupa diferensiasi inkomplit pada
pembelahan jari-jari akan mengakibatkan syndactyly.
4.
Interaksi limfosit
Perkembangan
limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan suatu proses yang
kompleks , yang akan membuang sel-sel yang berpotensi menjadi rusak. Cytotoksik
T sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis pada sel melalui terbukanya
suatu celah pada target membran dan pelepasan zat-zat kimia untuk mengawali
proses apoptosis. Celah ini dapat terjadi melalui adanya sekresi perforin,
granul yang berisi granzyme B, serine protease yang dapat mengaktivasi caspase
melalui pemecahan residu aspartat.
5.
Involusi hormonal pada usia dewasa.
Apoptosis
dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama siklus menstruasi,
regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel ovarium pada
menopause. (Dr. Fitriani Lumongga : Apoptosis, 2008. Hal:2)
- Mekanisme apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat
kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis dibagi menjadi 4 tahap,
yaitu :
1.
Adanya signal kematian (penginduksi
apoptosis).
2. Tahap
integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)
3.
Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi
DNA, pembongkaran sel, dll)
4.
Fagositosis.
- Signal Penginduksi Apoptosis
Apoptosis tidak memerlukan
suatu proses transkripsi atau translasi. Molecular machine yang
dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami dormansi dan hanya
memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi apoptosis bisa berasal
dari ekstraseluler dan intraseluler.
Signal ekstraseluler
contohnya hormon hormon. Hormon tiroksin menginduksi apoptosis pada ekor tadpole.
Apoptosis juga bisa dipicu oleh kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk
bertahan hidup seperti growth factor. Sel lain, sel berhubungan dengan sel yang
berdekatan juga bisa memberikan signal untuk apoptosis.
Signal intraseluler misalnya
radiasi ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada
siklus sel.
Kedua jalur penginduksi
tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi famili protein pengeksekusi
utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda memberikan respon
yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel splenic limfosit akan
mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan sel myocyte tidak
mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.
Pada manusia dan mamalia
lain, beberapa jalur berbeda, yang melibatkan 15 kaspase berbeda,dapat
melaksanakan apoptosis. Jalur yang di gunakan bergantung pada tipe sel dan
sinya yng memicu apoptosis slah satu jalur utamanya melibatkan protein
mitokondria. Protein-protein apoptosis dapat membentuk pori-pori molekuler di
membran luar mitokondria, menyebabkan membran tersebut bocor dan melepaskan
protein ynag mendorong terjadinya apoptosis.
Pada titik-titik kunci dalam
program apoptosis, protein mengintegrasi sinyal-sinyal dari beberapa sumber
yang berbeda dan dapat mngirim suatu sel menuruni jalur berbeda dan dapat
mengirim suatu sel menuruni jalur apoptosis. Sinyal seringkali berasal dari
luar sel, seperti molekul sinyal kematian seperti pada gambar berikut. ( Neil
campball.2008.biologi jilid 1 edisi 8.hal :240)
- Regulator Molekuler dari Apoptosis
Signal kematian dihubungkan
dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap integrasi atau pengaturan. Pada tahap
ini terdapat molekul regulator positif atau negatif yang dapat menghambat,
memacu, mencegah apoptosis sehingga menentukan apakah sel tetap hidup atau
mengalami apoptosis (mati).
Apoptosis diperantarai oleh
famili protease yang disebut caspase, yang diaktifkan melalui proteolisis dari
bentuk prekursor inaktifnya (zymogen). Caspase merupakan endoprotease yang
memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah pada terminal C pada residu Asp, oleh
karena itu dikenal sebagai Caspases (Cys containing Asp specific protease).
Saat ini telah ditemukan 13
anggota famili caspases pada manusia. Beberapa anggota famili caspase
yang terlibat dalam apoptosis dibedakan menjadi 2 golongan. Golongan yang
pertama terdiri dari caspase 8, 9,10 yang mengandung prodomain yang panjang
pada terminal N, fungsinya sebagai inisiator dalam proses kematian sel.
Golongan yang kedua terdiri dari caspase 3, 6, 7 yang mengandung prodomain yang
pendek dan berfungsi sebagai efektor, membelah berbagai substrat yang
mati yang pada akhirnya menyebabkan perubahan morfologi dan biokimia yang
tampak pada sel yang mengalami apoptosis. Molekul efektor lain dalam apoptosis
adalah Apaf-1 (apoptotic protease activating factor) bersama sitokrom c
mengambil pro-caspase 9 di ATP-dependent manner, dan menstimulasi proses
perubahan pro-caspase 9 menjadi caspase 9.
Regulator apoptosis yang
lain adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini ada 18 anggota famili Bcl-2
yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke dalam 3 grup berdasarkan strukturnya.
Anggota grup pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL yang berfungsi sebagai
anti-apoptosis. Anggota grup kedua diwakili oleh Bax dan Bak (Bcl-2 associated
killer), sebagaimana anggota grup yang ketiga yaitu Bid (a novel BH3
domain-only death agonist) dan Bad (the Bcl-2 associated death
molecule), merupakan molekul pro-apoptosis (Gambar 2).
Gambar 2. Anggota famili bcl-2
ICE (Interleukin Converting
Enzim) secara normal tidak terlibat dalam apoptosis, tetapi aktivasi tiruannya
dalam sel mamalia, dapat mendorong ke arah tersebut. Masing-masing caspase
mempunyai urutan yang sama, dirancang untuk membelah, maka menjadi jelas
caspase membelah satu sama lain dalam suatu jalur mekanisme pengaktifan.
Dua rangkaian caspase saling
melibatkan. Yang satunya menginisiasi proses aktivasi caspase lainnya.
Pertanyaannya siapa yang mengaktifkan caspase yang pertama? Tampak meragukan,
sampai peneliti menemukan bahwa caspase dapat diaktifkan jika mereka mengumpul
pada konsentrasi kritik. Ini bisa terjadi oleh ikatan molekul signal bunuh diri
di permukaan sel. Perubahan konformasi reseptor dapat mendorong ke arah
agregasi dari molekul reseptor permukaan dengan serentak dengan agregasi
caspases intraseluler reseptor agregasi.
Target Caspase
Apoptosis melibatkan:
1.
memadatkan inti sel
2. memadatkan
dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam selaput ikat badan apoptotis
3.
rusaknya kromosom ke dalam fragmen
yang berisi berbagai nukleosom
Target protein pada umumnya
harus protein lain, suatu DNA endonuklease. Ketika protein target pecah, DNase
bebas untuk berpindah tempat ke inti dan mulai pelaksanaan. Perubahan dalam
apoptosis terjadi ketika caspase 3 membelah gelsolin, suatu protein dilibatkan
dalam pemeliharaan morfologi sel. Gelsolin yang dibelah membelah
actin filamen di dalam sel. Protein yang lain diperlukan untuk membentuk badan
apopotic: suatu kinase yang disebut p21-activated kinase 2 (PAK-2). Kinase ini
diaktifkan oleh caspase-3 dengan proteolisis terbatas.
Tahap Pelaksanaan
Apoptosis
Sinyal apoptosis bisa
terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler. Jalur ekstrinsik (ekstraseluler)
diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian (death receptor) sedangkan
jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor signal dari mitokondria
dalam sel.
Peristiwa apoptosis jalur
ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul signal yang disebut ligan
oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan mengalami apoptosis.
Ligan tersebut berikatan dengan death receptor yang terletak pada transmembran
sel target yang menginduksi apoptosis. Death receptor yang terletak di
permukaan sel adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis Factor), yang meliputi
TNF-R1, CD 95 (Fas), dan TNF-Related Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan
R2.
Ligan yang berikatan dengan
reseptor tersebut akan mengakibatkan caspase inisiator 8 setelah membentuk
trimer dengan adaptor FADD (Fas Associeted Death Domain). Kompleks yang
terbentuk antara ligan-reseptor dan FADD disebut DISC (Death Inducing Signaling
Complex). CD 95, TRAIL-R1 dan R2 terikat dengan FADD, sedangkan TNF-R1 terikat
secara tidak langsung melalui molekul adaptor lain, yaitu : TNF-Reseptor
Associeted Death Domain protein (TRADD).
Stress mitokondria yang
menginduksi apoptosis jalur intrinsik disebabkan oleh senyawa kimia atau
kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga menyebabkan gangguan pada mitokondria
dan terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran mitokondria. Protein capcase-8
akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian Bid yang terpotong pada
bagian ujungnya akan menginduksi insersi Bax dalam membran mitokondria dan
melepaskan molekul proapoptotik seperti sitokrom c, Samc/Diablo, Apoptosis
Inducing Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan adanya dATP akan terbentuk kompleks
antara sitokrom c, APAF1 dan caspase 9 yang disebut apoptosom. Selanjutnya,
capcase 9 akan mengaktifkan downstream procaspase-3.
Protein caspase 3 yang aktif
memecah berbagai macam substrat, diantaranya enzim DNA repair seperti poly-ADP
Ribose Polymerase (PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural
seluler dan nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin
serta endonuklease, seperti Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor
(ICAD) dan konstituen seluler lainnya. Selain itu, caspase
3
juga mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan caspese lainnya, seperti
procaspase-6 dan procaspase-7 yang memberikan amplifikasi terhadap kerusakan
seluler.
Adanya seluler stres
meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang mengakibatkan terjadinya GI arrest
atau apoptosis. Anggota dari apoptosis Stimulating Protein p53 (ASPP) yaitu
ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik menstimulasi fungsi transsktivasi p53 pada
promotor gen proapoptotik seperti Bax dan p53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi
tidak pada promotor gen yang menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan MDM2.
a.
Tahapan apoptosis jalur
ekstrinsik/deatch receptor pathway
Jalur ini khas pada sistem
imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T yang aktif pada akhir dari respon
imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh perforin / granzyme. Tahap-tahap
apoptosis dalam death receptor pathway :
i. Ikatan antara
FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan reseptornya.
TNF adalah molekul penginduksi
interseluler yang berupa asam amino-157, dihasilkan terutama oleh makrofag yang
teraktivasi, merupakan mediator apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam
reseptor untuk TNF yaitu TNFR-1 dan TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-1
yang dapat menginisiasi jalur aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah
reseptor untuk signal apoptosis ekstrinsik lain pada membran sel, dan termasuk
famili reseptor TNF. FasL (Fas ligan) adalah protein yang berikatan dengan Fas
untuk mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein transmembran yang juga
termasuk famili TNF.
ii. Ikatan FasL
dengan Fas menginduksi reseptor untuk mengelompok (trimerisasi)
Gambar Ikatan FasL dengan Fas
menyebabkan trimerisasi reseptor
iii. Pengikatan FADD (Fas associated death domain
protein) pada domain kematian (death domain).
iv. DED (death effector domain) dari FADD mengikat
pro-caspase 8. Kompleks yang terbentuk disebut DISC (death-inducing signaling
complex), kompleks ini mengaktivasi pro-caspase 8.
v. Caspase 8 yang teraktivasi (heterotetramer) dilepaskan
dari DISC ke sitoplasma. Caspase 8 termasuk caspase inisiator yang akan
mengaktivasi caspase eksekutor terutama melalui pro-caspase 3
b.
Tahapan apoptosis jalur ekstrinsik / Mitocondrial Pathway
Riset mengindikasi keterlibatan mitokondria
dalam jalur apoptotis. Sitokrom c, suatu heme protein yang bertindak sebagai
suatu pembawa elektron dalam fosforilasi oksidasi mitokondria, pemberhenti
elektron cytochrome C oxidase atau kompleks IV, keluar intermembran dan
mengikat protein sitoplasmik yang disebut Apaf-1. Yang kemudian mengaktikan
suatu inisiator caspase-9 di sitoplasma.
Protein ini keluar
mitokondria setelah perubahan potensiasi eletrokimia di membran. Perubahan
potensial menyebabkan terbukanya suatu kanal yang non-spesifik dalam membran
yang permeabel, terdiri atas dua protein selaput bagian dalam (adenine
nucleotide translocator-ANT) dan suatu protein bagian luar (porin, yang
voltage-gated-kanal anion VDAC). Protein ini bertindak bersama-sama, kemungkinan
pada sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. Saluran ini dapat dilewati zat
yang memiliki bobot molekular kurang dari 1500. Perubahan gradien proton
menyebabkan oksidasi dan foforilasi di mitokondria perubahan kekuatan ion
menyebabkan pembekakan matriks. Karena sisi bagian dalam sangat kusut dan
memilki luas permukaan jauh lebih besar dibanding selaput yang luar, bengkak
pada matriks mengarah rusaknya sisi luar, sehingga sitokrom c dan Apaf-1 keluar
masuk sitoplasma.
Jalur ini biasa diaktifkan
dalam respon stimulus letal yang lain seperti pengrusakan DNA, stress
oksidatif, dan hipoksia. Mitokondria mengandung faktor pro-apoptosis seperti
sitokrom c dan AIF (apoptosis inducing factors). Keduanya merupakan substrat
yang berbahaya, akan tetapi tersimpan aman dalam mitokondria. Saat keduanya
dilepaskan ke sitoplasma dapat mengaktifkan jalur aktivasi caspase.
Pelepasannya diatur oleh famili Bcl-2 yang terikat dengan mitokondria, yaitu
Bax dan Bad.
Sitokrom c dalah protein
heme yang berperan sebagai pembawa elektron yang larut dalam air dalam
fosforilasi oksidatif mitokondria. Bila terjadi kumparan elektron melalui
sitokrom c oxidase atau kompleks IV, adanya perubahan kekuatan ion menyebabkan
gelombang matriks. Saat membran dalam mitokondria memiliki permukaan yang lebih
luas dibanding membran luar maka gelombang matriks menyebabkan nonspecific
inner membrane permeability transition pore terbuka sehingga sitokrom c keluar
ke sitoplasma. Sitokrom c yang keluar ke sitoplasma kemudian berikatan
dengan Apaf-1 membentuk CARD (Caspase Recruitment domain). Beberapa CARD
bergabung membentuk kompleks apoptosome kemudian mengikat pro-caspase 9 dan
mengaktivasinya menjadi caspase 9 (caspase inisiator). Caspase 9 ini akan
mengaktivasi procaspase-3 menjadi caspase 3 yang merupakan caspase efektor yang
melaksanakan apoptosis.
Caspase memecah protein
menyebabkan inti sel pecah. Protein yang merupakan target caspase biasanya
terikat dengan protein lain, yaitu sebuah DNA endonuklease. Saat protein pecah,
DNase bebas bermigrasi ke nukleus dan memecahnya. Perubahan membran terjadi
saat caspase 3 memecah gelsolin, suatu protein yang terlibat dalam pemeliharaan
morfologi sel. Gelsolin yang terpecah akan membelah filamen aktin di dalam sel.
Caspase 3 juga mengaktivasi kinase yang disebut p21-activated kinase 2 (PAK 2)
melalui proteolisis. PAK2 termasuk protein yang dibutuhkan dalam membentuk
apoptotic body.
Selama apoptosis mitokondria mengalami
perubahan yang disebabkan oleh :
a. Gangguan
oksidasi-fosforilasi dan transport elektron karena radiasi dan adanya second
messenger tertentu seperti ceramide.
b. Perubahan
dalam potensial redoks sel dan turunan Reactive Oxygen Species (ROS).
c.
Kerusakan DNA.
d. Kerusakan
DNA memacu ekspresi protein yang dikenal sebagai p53. protein ini menyebabkan
penghambatan pembelahan sel atau apoptosis, dimana keduanya akan mnjaga sel
dari menjadi sel tumor. Oleh karena itu gen p53 adalah gen tumor suppressor.
e.
Peningkatan ion Ca2+ intraseluler melalui
tranduksi signal.
Death Receptor Pathway dan
Mitocondrial Pathway bertemu saat caspase inisiator (caspase 8, 9,
10) menghasilkan aktivasi caspase efektor (caspase 3, 6, 7).
Gambar Pertemuan Death
ReceptorPathway dan Mitocondrial Pathway
c.
Tahap Fagositosis
Sel yang terfragmentasi
menjadi apoptotic body mengeluarkan signal “eat me” yang dikenali
oleh fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu :
•
Fagosit professional, contohnya sel
makrofag.
• Fagosit
semiprofesional, sel tetangga dari sel yang mengalani apoptosis. Adanya sel-sel
fagosit ini dapat menjamin tidak timbulnya respon inflamasi setelah terjadinya
apoptosis.
Sel fagosit juga harus
dihilangkan setelah aktif bekerja. Sel imun aktif mulai mengekspresikan Fas
beberapa hari setelah aktivasi, mentargetkannya untuk eliminasi. Beberapa sel
yang stress dapat mengekspresikan Fas dan FasL lalu digunakan untuk bunuh diri.
Akan tetapi sebagian besar hanya dapat mengekspresikan Fas, sedangkan FasL
diekspresikan terutama oleh sel T aktif.
Gambar 3. Transduksi signal apoptosis
secara garis besar
Penginduksi apoptosis
dikategorikan dalam 3 grup, yaitu faktor kematian, obat anti-kanker yang
genotoksik, factor deprivation. Fas ligan, salah satu contoh faktor
kematian, berikatan dengan reseptor Fas, menyebabkan trimerisasi. Domain
kematian yang mengalami trimerisasi dalam sitoplasma mengikat pro-caspase 8
melalui FADD/MORT1 membentuk DISC. Pro-caspase 8 mengalami autoaktivasi pada
DISC menjadi bentuk enzim yang aktif. Ada 2 jalur aktivasi caspase 3 melalui
caspase 8 :
1) Caspase
8 secara langsung mengubah pro-caspase 3 menjadi caspase 3. Caspase 3 membelah
berbagai protein sel termasuk ICAD sehingga CAD dilepaskan dari ICAD, lalu
mendegradasi kromosom DNA.
2) Caspase
8 membelah Bid, molekul pro-apoptosis yang termasuk famili Bcl-2, yang kemudian
ditranslokasikan ke mitokondria untuk melepaskan sitokrom c ke sitosol. Bcl-2
atau Bcl-xl, molekul anti-apoptosis, dapat menghambat pelepasan sitokrom c
dengan mekanisme yang belum diketahui dengan pasti. Sitokrom c bersama Apaf-1
mengaktifkan Caspase 9, dimana caspase 9 kemudian mengaktifkan caspase 3.
Caspase 3 membelah berbagai protein sel termasuk ICAD sehingga CAD dilepaskan
dari ICAD lalu mendegradasi kromosom DNA.
Obat anti-kanker yang
genotoksik seperti etoposida dan radiasi γ menyebabkan kerusakan kromosom DNA.
Signal tersebut ditransfer ke mitokondria oleh p53 melalui mekanisme yang belum
diketahui. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan sitokrom c dari mitokondria dan
mengaktifkan caspase 9 seperti dijelaskan di atas.
Apoptosis yang diinduksi
oleh factor deprivation dapat dipelajari dengan baik menggunakan IL-3
dependent myeloid cell lines. Dengan keberadaan IL-3, signal dari reseptor IL-3
menyebabkan fosforilasi Bad, molekul pro-apoptosis famili Bcl-2. Bad yang terfosforilasi
tertangkap oleh adaptor 14-3-3. Bila IL-3 sudah tidak ada lagi maka Bad yang
tak terfosforilasi dilepaskan dari 14-3-3, lalu ditranslokasikan ke mitokondria
untuk melepaskan sitokrom c untuk mengaktifkan caspase 9.
- Pengendalian Apoptosis
Haruslah jelas sel menjaga
kontrol caspases. Dua spesies untuk menginhibisi apoptosis adalah protein
mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi pelepasan sitokrom c
dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus hidrofob dan
terikat di sisi luar permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan
retikulum endoplasma. Protein ini mampu membentuk kanal ion di liposom.
Sejauh ini 15 anggota
keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans) telah
ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi
pengaktifan inisiasi caspase 9. Bcl-2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2,
dengan post-translational fosforilasi oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase.
Kelebihan ekpresi Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel menjadi suatu sel tumor.
Anggota lain keluarga, BAX dan BAD yang mengikat mitokondria dan memfasilitasi
apoptosis dengan menstimulasi pelepasan sitokrom C. Sebagai tambahan, protein
lain yang disebut IAPS (inhibitor of apoptosis) dapat menghalangi caspase atau
protein apoptotis lainnya.
Tabel 1. Beberapa
molekul regulator yang berperan dalam apoptosis :
worker
|
Synonym
|
apoptosis
|
chromosome
|
||
|
|
|
job
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
pro
|
|
anti
|
|
|
|
|
|
|
|
Apaf-1
|
CED4
|
+
|
|
|
?
|
|
|
|
|
|
|
API3
|
Xiap
|
|
|
+
|
Xq25
|
|
|
|
|
|
|
|
HILP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Bak1
|
Bcl-2L7
|
+
|
|
|
6p21
|
|
|
|
|
|
|
Bax
|
|
+
|
|
|
19q13
|
|
|
|
|
|
|
Bcl-2
|
|
|
|
+
|
18q21
|
|
|
|
|
|
|
Bid
|
|
+
|
|
+
|
22q11
|
|
|
|
|
|
|
Bik
|
NBK
|
+
|
|
|
?
|
|
|
|
|
|
|
Casp 2
|
ICH1
|
+
|
|
|
7q35
|
|
|
|
|
|
|
|
NEDD2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 3
|
CPP32B
|
+
|
|
|
4q33
|
|
|
|
|
|
|
|
Yama
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CPP32
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
apopain
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 4
|
TX
|
+
|
|
|
11q22
|
|
|
|
|
|
|
|
ICH-2
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ICE-rel-II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 6
|
MCH2
|
+
|
|
|
4q25
|
|
|
|
|
|
|
Casp 7
|
MCH3
|
+
|
|
|
10q25
|
|
|
|
|
|
|
|
ICE-LAP3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CMH-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 8
|
MACH
|
+
|
|
2q33
|
|
|
|
|
|
|
MCH5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FLICE
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 9
|
APAF3
|
+
|
|
?
|
|
|
|
|
|
|
MCH6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ICE-LAP6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Casp 10
|
MCH4
|
+
|
|
2q33
|
|
|
|
|
|
DAP-3
|
|
+
|
|
1q21
|
|
|
|
|
|
DFFB
|
|
+
|
|
?
|
|
|
|
|
|
FADD
|
MORT-1
|
+
|
|
11q13
|
|
|
|
|
|
Fas
|
APT1
|
+
|
|
10q24
|
|
|
|
|
|
|
CD95
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apo-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Fas1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TNFRSF6
|
|
|
|
|
|
|
|
|
granzyme B
|
GZMB
|
+
|
|
14q11
|
|
|
|
|
|
|
CTLA1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CSPB
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CCPB1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CGL-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
CSP-B
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NOL3
|
|
|
+
|
?
|
|
|
|
|
|
Parp
|
|
+
|
|
1q42
|
|
|
|
|
|
UBL1
|
PIC1
|
|
+
|
2q32
|
|
|
|
|
|
|
GMP1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SMT3C
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SUMO-1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SMT3H3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
sentrin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Mengenali sel yang apoptosis
Sel yang mengalami apoptosis
dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron
melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Sel
menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspaspse yang
telah diaktifkan di dalam sel.
b. Kromatin
(DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai mengalami
degradasi dan kondensasi.
c. Kromatin
mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada tahap ini,
membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun caspase tertentu
telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai mendegradasi lamin
yang terletak dalam lingkungan inti sel.
d. Lingkungan
dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya terfragmentasi (proses ini
dikenal dengan karyorrhexis). Inti sel pecah melepaskan berbagai bentuk
kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan degradasi DNA.
e.
Plasma membran mengalami blebbing.
f. Sel
tersebut kemudian di’makan’ atau pecah menjadi gelembung-gelembung yang disebut
apoptotic bodies dan kemudian di’makan’.
Sel yang mengalami
apoptosis juga dapat dikenali dengan :
a. Penandaan
inti yang mengalami kondensasi dengan pewarna fluorescence Hoechst atau DAPI.
b. Sel
yang mengalami apoptosis mengeluarkan PS (Phosphatidil Serin) pada
permukaan ekstraselulernya, sehingga dapat ditandai dengan annexin V yang
dilabeli fluorescence. PS secara normal terdapat pada cytosolic surface
dari membran plasma (di bagian dalam membran plasma), tetapi diredistribusikan
ke permukaan ekstraseluler selama apoptosis oleh protein hipotetik yang dikenal
sebagai scramblase.
c. DNA
yang terfagmentasi dapat dideteksi dengan TUNEL (Terminal
deoxynuclotidyltransferase-mediated UTP end labelling) atau elektroforesis DNA
yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk mendeteksi
enzim yang terlibat dalam pengrusakan i